Aku tahu Magdalene dari seorang penulis novel yang memiliki nama pena Crowdstoria. Saat itu dia sedang melakukan sesi tanya jawab di instagram. Sebagai seorang penulis baru yang memiliki ribuan pembaca remaja, Crowdstoria mampu menciptakan tulisan-tulisan yang membuat setiap anak muda melek akan realita. Jadi nggak heran kalau beberapa dari pembacanya merasa penasaran dengan sumber artikel yang sering ia baca, termasuk aku.
Magdalene adalah media yang berfokus menciptakan konten perspektif yang berkaitan dengan feminisme. Menemukan Magdalene adalah sesuatu yang baru untukku, karena dulunya isu feminis masih sangat jarang dibahas di Indonesia. Fyi, selain karena penasaran dengan kumpulan esainya, fakta bahwa Maudy Ayunda membaca buku ini juga menjadi salah satu penyebab aku membelinya. 😂
Judul : The Feminist Minds
Two Years of Collected Essay From – Magdalene
Editor : Devi Asmarani
Ilustrator : Adhitya Pattisahusiwa dan Stu Astuti
Penerbit : Elex Media Komputindo
WHAT THEY SAID ABOUT MAGDALENE
In this age of sexism, xenophobia, fanaticsm, sectarianism, jingoism, Magdalene is a sheer enlightenment that threatens to break out like sunshine - Joko Anwar-Film Maker
I think the existence of Magdalene is an indication that feminism has come to public attention, and is needed - Mariana Amiruddin-Against Women
At a time when more and more people indulge their egos and insecurities on social media comment section database, Magdalene also educates its readers and constributiors on the more elegant way of expressing their opinions on controversial issues: by properly writing about them-with proper arguments - Kartika Jahja-Musician and Gender Activist
COVER
Penampilan covernya sangat simple, di pojok kiri atas terdapat lambang Magdalene yang bewarna pink. Setelah itu sekuruh bagian covernya bewarna dusty pink. Nuansanya sedikit berbeda dengan website sendiri [ www.magdalene.co ].
Buku ini adalah kumpulan esai dalam bentuk narasi pengalaman hidup empat puluh penulis yang telah diseleksi oleh pihak Magdalene. Isinya dibagi menjadi beberapa bagian : I am Magdalene, Womanhood, Gender and feminism, Faith and identity, Relationship, Gender and Sexuality, dan Leisure and Culture. Ngomong-ngomong tentang feminis, buku ini tidak hanya ditulis oleh perempuan saja ya. That’ why we call it feminist J.
Saat itu sebagai seseorang yang baru mengenal istilah feminis, buku ini cukup membuka fikiran dan membawaku bertemu dengan manusia-manusia berani yang secara lantang mengeluarkan suaranya untuk melawan standar masyarakat. Narasi dan cerita-cerita pengalaman hidup dari berbagai macam penulis membuatku jauh lebih sadar bahwa feminis tidak hanya tentang manusia yang berupaya menjadi setara atau berdebat tentang siapa yang seharusnya melakukan pekerjaan rumah tangga. Tetapi juga tentang manusia yang telah memendam penderitaannya sekian lama. Seperti kisah gadis yang telah mengalami sexual abuse semenjak ia kecil, parahnya lagi hal itu terjadi di rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman untuknya. Atau bagaimana perasaan dan penderitaan seorang wanita yang terpaksa melakukan aborsi tanpa diketahui keluarga. Selain itu buku ini juga membahas pemikiran-pemikiran menyimpang tentang feminis. Di sisi lain terdapat begitu banyak perspektif kritis mengenai masalah-masalah yang sering dianggap biasa oleh masyarakat, seperti orang-orang yang menjadikan ucapan “salam” sebagai bahan untuk catcalling, patriaki, nilai-nilai emansipasi yang justru menghilang di hari kartini, orang-orang yang sering bersifat morality police, dan lain sebagainya.
Berhubung isi dari buku ini adalah adalah narasi dan prespektif manusia, tentunya tidak semua hal bisa diterima begitu saja. Beberapa esai terlalu judgemental dan terkesan memiliki pemikiran yang paling benar. Tapi bukankah in perspektifi penulis? jika aku menganggapnya paling salah bukakah aku jadi merasa paling benar?. Lalu dalam bererapa kondisipun aku berusaha untuk tidak hanya terlalu fokus menentang pemikiran yang tidak sejalan. Saatnya kita mendengarkan manusia lain, bukannya langsung memaksa mereka untuk menerima nilai-nilai yang kita anut.
Walaupun tulisannya dalam bahasa inggris, untungnya kata yang digunakan bukanlah istilah-istilah yang susah. Yah walaupun beberapa kali harus cek kamusku, tetapi gaya bahasanya tidak semenyulitkan memahami journal-journal ilmiah terbitan Elsevier kok.
Komentar
Posting Komentar