Search

Hi! It's me Wana
Nice to see you..

I'm Wana. An INTP-T woman. I'm often thoroughly engaged in my own thoughts. I usually appear to others to be offbeat and unconventional. People may think i am a stereotypical “nerd” who may be shy or withdrawn around people i don’t know well. However, i become talkative and enthusiastic when i meet someone who shares my niche interests.

Demokrasi Kita (PS: I just somehow trying to fix my mood)


Tiga hari belakangan ini entah kenapa nyesekin. Aku overthinking. Setiap ada kejadian, nggak peduli itu besar atau kecil aku selalu kepikiran lama. Aku juga sensitif, dan parahnya lagi seperti salah satu kepribadian INTJ (padahal aku bukan INTJ), aku mudah terpengaruh sama emosi disekitar.  Kalau orang-orang  disekitar dalam mood baik  aku ikutan baik,  yang lain sedih aku sedih, yang lain badmood aku lebih badmood. PARAH KAN. Menurutku kalau nggak bisa relate, sifat yang begini bisa jadi toxic. Nih yaaaa, misalkan orang lain senang aku juga ikut senang yah nggak apa-apa, tapi kalau orang lain bad mood aku malah ikutan bad mood, kan nggak baik! Harusnya aku bisa ngasih solusi atau jadi moodbooster. Sebentar. Sebentar, kenapa aku malah kepikiran people pleasure?. (I don't want to talk about this right now)

Jadi untuk memberantas rasa bad mood yang udah berjalan selama tiga hari ini, aku lebih milih untuk nulis gajelas  ketimbang cerita ke orang lain. Alasannya selain karena aku jarang curhat, juga karena belum sempetin waktu untuk ketemu sama temen untuk cerita. Pengennya ngobrol langsung, sementara sekarang lagi gabut di rumah.

Sebenarnya cerita ke orang lain itu penting, selain membuat kita ngerasa lega juga karena kita perlu koreksi dari orang lain. Dengan cerita ke orang lain, kita bisa menghindarari sifat buruk seperti selalu merasa paling benar. Karena akan ada yang memandang masalah dari sudut pandang berbeda dari kita, mencoba mengoreksi, dan menasehati.

Pokoknya karena aku masih dalam suasana bad mood, jadinya tadi kepikiran untuk kasih resensi unprofessional dan subjektifku ke satu buku yang aku baca beberapa minggu lalu. Btw aku merensensinya nggak seperti meresensi buku waktu kita belajar di SMA ya. Karena ingat!! ini hanya pelepasan aku untuk mengalihkan rasa badmood.

*ini ngetiknya kayak ada yang baca aja, bodoamat*

Bukunya berjudul Demokrasi Kita, penulisnya adalah wakil Presiden pertama di indonesia Bpk Moh. Hatta. Sebelumnya, saat masa pemerintahan Bpk. Soeharto buku ini dilarang terbit bahkan ada ancaman tahanan untuk siapapun yang menyimpan buku ini, karena dianggap dapat  menyebabkan munculnya pemikiran "Demokrasi perlahan menghilang/terancam". Jelas pemikiran seperti itu mendorong rakyat untuk sadar bahwa Indonesia adalah negara demokrasi dan masyarakat berhak menuntut serta bersuara untuk semua keputusan yang dilakukan oleh presiden kala itu. Buku itu memunculkan pemikiran yang mendorong rakyat untuk sadar bahwa demokrasi  sudah tertanam lama pada diri kita, terlihat dari bagaimana kita dulunya bersosialisasi. Salah satu contohnya di desa-desa yang melakukan musyawarah sebelum mengambil mufakat.

Isi buku ini nggak jauh dari bagaimana pemerintahan pada masa itu. Presiden menurut UUD 1950 adalah presiden konstitusional yang tidak bertanggung jawab atas pembentukan kabinet. Sementara apa yang dilakukan Bpk. Soekarno tidak demikian, seperti yang dituangkan Bpk. Hatta di dalam buku tersebut, bahwa Bpk. Soekarno telah melakukan tindakan seperti membubarkan parlemen-parlemen yang dipilih rakyat,  membentuk ratusan parlemen berdasarkan  pilihannya sendiri, menentukan dua lembaga tinggi  (diatas DPR) yang menjadi pressure group untuk DPR, sehingga badan legislatif hanya akan membuat dasar UU berdasarkan usulan dari dua lembaga tersebut, bahkan demokrasi Liberal digantinya menjadi demokrasi Terpimpin yang menjadi suatu pemerintahan diktator pada masa itu.

Banyak tindakan yang Bpk. Soekarno lakukan, menurut Bpk. Hatta tindakan yang dilakukannya itu adalah akibat dari berkurangnya rasa demokrasi dari Indonesia. Terlepas dari itu, apa yang dilakukannya juga dikarenakan kecintaannya pada Indonesia, namun keputusannya salah.

Selain itu diungkapkan juga banyak bermunculan partai-partai politik, yang mana mereka bekerja nggak untuk kemakmuran rakyat melainkan untun kepentingan golongan mereka sendiri. Partai yang pada hakikatnya untuk menyusun pendapat umum secara teratur malah dijadikan sebagai tujuan untuk kemakmuran tersendiri dan negara Indoensia dijadikan sebagai alatnya.

Banyak lagi yang diungkapkan Moh.Hatta. Aku baca buku ini sampai terkagum-kagum dengan bagaimana cara pandang beliau. Kecintaan beliau pada Indonesia dan keberaniannya untuk mengungkapkan apa saja keburukan-keburukan pemerintahan masa itu, sekalipun itu dilakukan oleh Bpk.Soekarno.

Dah segitu aja.

Komentar