Search

Hi! It's me Wana
Nice to see you..

I'm Wana. An INTP-T woman. I'm often thoroughly engaged in my own thoughts. I usually appear to others to be offbeat and unconventional. People may think i am a stereotypical “nerd” who may be shy or withdrawn around people i don’t know well. However, i become talkative and enthusiastic when i meet someone who shares my niche interests.

Modal

Kenapa ya untuk memulai menulis suatu cerita selalu berakhir membingungkan. Ntah aku yang kurang referensi atau mungkin imajinasi ku yang mentok. Seperti kali ini, aku berniat untuk bercerita tentang My Quarter Life Crisis, lalu aku kebingungan harus dimulai dari mana cerita ini. Kamu tahu? perlu tempat yang sangat sepi dan penganiayaan pada otak cetekku untuk memutuskan apa yang harus aku tulis. Lalu apa yang aku dapat? Aku hanya berakhir pada topik-topik yang jelas sudah ribuan kali orang temukan dalam berbagai tulisan. Sepertinya aku memang tidak berbakat berurusan dengan kata-kata.

Gimana kabar kamu?

Semoga baik-baik saja. Begitu juga aku. Tapi sebenarnya konsepsi tentang baik-baik saja ini nggak bisa hanya dilihat dari satu sudut pandang. Ada orang yang merasa baik-baik saja saat kakinya nggak bisa berjalan dengan tegap, ada yang baik baik aja saat semesta di depan matanya hanya seperti malam gelap, dan ada orang yang seluruh anggota tubuhnya berfungsi dengan sempurna namun tidak merasa baik-baik saja.

Tunggu dulu. Kita juga nggak bisa menilai orang yang memiliki anggota tubuh sempurna itu tidak tahu diri. Karena apa kamu pikir semuanya bisa dinilai dengan sekali lihat? Apa kamu pikir mereka yang sekarang makan dengan lahap tidak memiliki beban yang hampir berkarat di pundaknya? Aku harap kita bisa lebih hati-hati sebelum tertalu mudah memberi penilaian terhadap orang lain.

Lagi pula, baik-baik saja ini bukanlah konteks yang objektif dan memiliki nilai yang sama setiap waktunya.

Aku bahkan nggak bisa memberi nilai secara mutlak kepada diriku sendiri. Karena kadang, ia bergerak tidak seperti Wana yang aku kenal. Suatu waktu ia penuh keyakinan, lalu kadang ia rapuh hingga menghancurkan segala pertahanan yang sulit-sulit ia bangun. Seperti sekarang ia sedang luluh tenggelam pada kekecewaan yang ada di dalam dirinya sendiri. 

Aduh duh..

Hidup itu memang nggak mudah ya. Setiap masa memiliki bebannya tersendiri. Waktu masih di sekolah dasar aku kelimpungan pelajaran sekolah, menginjak sekolah menengah pertama aku kebingungan mencari teman, dan saat berada pada sekolah menengah atas aku malah ngeribetin diri untuk iri pada peringkat kelas temanku. Semua jenjang memiliki masalahnya tersendiri. Lucunya, pada saat itu aku selalu mengira masalah hidupku paling berat di antara semuanya.

Sekitar sepuluh tahun lalu. Ibu pernah bertanya "kapan anak ibu dewasa?" sampai aku juga mempertanyakan Tuhan, kapan aku bisa dewasa. Sekarang aku sadar, ternyata pertanyaan itu bukan hanya sekedar pertanyaan dari seorang gadis kecil yang ingin melihat sosok dirinya sendiri saat beranjak dewasa.  Lebih tepatnya pertanyaan itu keluar karena ia merasa bosan dengan kehidupannya sendiri.

Sekarang gadis kecil itu telah beranjak dewasa, bahkan umurnya hampir seperempat abad. Ia sadar tidak akan bisa lari dari apa yang ia rasakan sekarang. Mungkin pelajaran dari apa yang aku ingat sebelumnya adalah, hari-hari seperti ini pasti akan berlalu. Nggak usah takut gimana hasilnya nanti, hal terbaik yang bisa aku lakukan adalah berhenti mengurung masalah ini dalam fikiran. Lakukan segala usaha terbaik yang bisa aku lakukan. Kemudian jangan lupa, akan lebih pasti jika aku bermodalkan keyakinan kepada Sang Pemilik Alam Semesta. Dia yang memiliki segala yang aku inginkan di dunia dan akhirat. Sebenarnya sekarang aku sedang belajar untuk melibatkan Allah SWT dalam segala kegiatanku, bukan hanya pada saat menginginkan sesuatu.

Semoga Allah SWT mudahkan.

SEMANGAT!!!


Komentar