Search

Hi! It's me Wana
Nice to see you..

I'm Wana. An INTP-T woman. I'm often thoroughly engaged in my own thoughts. I usually appear to others to be offbeat and unconventional. People may think i am a stereotypical “nerd” who may be shy or withdrawn around people i don’t know well. However, i become talkative and enthusiastic when i meet someone who shares my niche interests.

Dikala Naima berkata Lelah

Lelah...

Bukan sebuah keluhan yang dilontarkan Naima, namun kala itu helaan nafasnya  seolah mampu berbicara kepada dirinya.

Lelah...

Warna jingga langit yang perlahan lahan semakin gelap diiringi lantunan merdu adzan Magrib membuat Naima makin mempercepat laju motornya. Suara klakson kendaraan seakan  membentuk iringan melodi yang sangat memburu.

Melihat jalanan yang begitu ramai membuat Naima hampir mengeluarkan kalimat kalimat sakti dari mulutnya. Namun belum sempat mengeluh, motor yang dikendarainya lebih dulu memasuki lubang besar di jalan raya yang saat itu dipenuhi kendaraan-kendaraan lalu lalang.

Selang beberapa detik kemudian tubuhnya terhempas ke aspal hingga menciptakan gesekan yang membuat setiap orang mengalihkan pandangan dari kesibukan mereka.

Naima tersenyum pasrah, rasanya sekarang ia sangat kebal dengan berbagai macam ujian. Sayangnya belum sempat ia menghela nafas, matanya lebih dulu menangkap sebuah mobil bus yang sedang bergerak mendekat ke arahnya.

Freeze, beberapa detik pertama Naima hanya mampu memandang bus dengan wajah pucat pasinya.

ALLAH. Batinnya

Rasanya sangat jelas. Allah sangat besar, Allah Maha Kuasa, Allah sedang mengujinya, lagi..

Flight, bangun Naima! bangun! Kamu tidak akan selamat jika hanya membeku.

Flight!

Hatinya menjerit

ALLAH begitu besar.

Flight!

Flight!

Suara decitan mobil bus saat kaki pengemudinya menginjak rem sekuat tenaga membuat semua orang yang berada di jalan besar itu menahan nafas karena ketakutan.

Beruntung kala itu bagian amigdala-nya masih menstimulus Naima dengan cepat. Tanpa bertanya-tanya mendapat dorongan dari siapa, saat itu Naima sangat yakin untuk kesekian kalinya Allah telah memberinya  kesempatan.

Karena itu ia mampu duduk sebelum bus besar itu melindas lehernya.

Setelah berhasil menghentikan kendaraan yang dikemudikannya, pengemudi bus kota tersebut langsung turun untuk memastikan keadaan Naima yang terduduk lemah di tengah jalan.

“Mbak nggak apa apa?”

“Nggak apa-apa” jawab Naima dengan yakin

“Benar tidak apa apa?”

“ia, saya nggak apa apa Pak”

“Bisa berdiri?”

Mendengar pertanyaan itu membuat Naima dengan segera mencoba  menggerakkan kedua kakinya, namun ternyata kakinya terasa sangat kebas.

“nggak bisa”

...

Naima bersyukur, ia sungguh merasa tidak apa-apa dengan luka besar di kaki dan tangannya. Ia benar merasa tidak apa-apa meski saat itu harus berjalan dengan pincang. 

"Bu boleh numpang shalat?" Tanyanya lirih pada pemilik toko mebel di tepi jalan.


Ia merasa apa-apa karena telah mengeluh dan lalai dalam shalatnya.

Komentar