Search

Hi! It's me Wana
Nice to see you..

I'm Wana. An INTP-T woman. I'm often thoroughly engaged in my own thoughts. I usually appear to others to be offbeat and unconventional. People may think i am a stereotypical “nerd” who may be shy or withdrawn around people i don’t know well. However, i become talkative and enthusiastic when i meet someone who shares my niche interests.

Tentang Pilihan dan Dia yang Selalu Ada


Akan ada saat dimana kita merasa dilema begitu dihadapkan pada pilihan. Mulai dari hal-hal sederhana seperti memilih minum kopi atau susu di pagi hari, milih beli mie sedap Siwon yang super pedes atau tetep setia pada mie yang  dari mereknya saja sudah  terdengar sangat nasionalis, atau mungkin ribet memilih pakaian apa yang akan kita gunakan di hari yang menurut kita sangat spesial.

Sampe  kita dihadapkan pada pilihan yang tidak hanya berakibat sementara pada hidup kita. Seperti contoh viralnya adalah Maudy Ayunda yang sempat dilema memilih melanjutkan S2 di Standford atau Harvard. Juga Ria Ricis yang dilema dengan keinginannya untuk benar-bemar pamit atau tidak.

Menurut aku, sudah sangat jelas bahwa hidup kita ini segala sesuatunya adalah  tentang pilihan. 

Pete atau jengkol
Nasi atau mie
Bahagia atau sedih
Marah atau sabar
Ribut atau tenang
Surga atau neraka

Kita diberi kebebasan memilih,

Pilih. Lalu ambil resikonya.

Bahkan semenjak roh kita diciptakan, kita sudah dikasih pilihan untuk hidup di dunia apa tetap stay di surga. Sayangnya ternyata rasa penasaran dan keras kepala aku yang sangat tinggi ini ternyata lebih dulu ada sebelum zigotku terbentuk. Ia, sebelum itu zigot berkembang jadi calon baby dalam perut ibu, rasa penasaran dan keras kepala yang aku miliki telah ada lebih dulu.

Kadang dengan keterbatasan daya ingat ini, aku selalu mencoba berfikir tentang apakah yang berani-beraninya aku ucapkan pada Sang Pencinpta hingga akhirnya aku berada di dunia sebagai seorang manusia bernama Wana Octana.

Kenapa aku bisa memilih dunia?

Pertanyaan diatas adalah salah satu pertanyaan yang aku sendiri tidak tahu jawabannya.

Sudahlah.

Sebenarnya, bukan ini yang ingin aku sampaikan.

Aku ingin berbicara tentang sebuah pilihan yang pernah aku putuskan satu tahun lalu. Pilihan yang nggak bisa aku ceritakan kepada siapapun saat ini. Pilihan yang saat itu harus aku putuskan dengan berbagai macam pertimbangan.

Aku tahu, pada akhirnya akan datang saat dimana aku meragukan pilihan dan keputusan. 

Lalu, ternyata sekarang adalah waktunya.


Sebenarnya aku malu. Saat keraguan ini datang, barulah aku melafaskan do'a pada rakaat terakhir shalat. 

Wana.

Jadi kemana saja kamu selama ini?

Sungguh semua tentang pilihan.
Ingatlah, mungkin akan ada saat dimana kita tidak lagi berpegang kokoh pada pilihan itu. Ada saat dimana kita ragu atau bahkan menyesal tentang pilihan dan keputusan.

Namun aku berharap apapun yang kalian putuskan, kalian tidak pernah lepas dari Pencipta yang selalu beri kesempurnaan kepada kita yang minim rasa syukur.

Komentar